Thursday, 14 May 2020

, , ,

Review Novel Orang-Orang Biasa Karya ke-10 Andrea Hirata

Orang-orang Biasa ini merupakan novel yang beda dari karya salah satu penulis favorit saya Andrea Hirata. Di novel ini penulis membawakan tema agak crime dibalut comedy . Aksi kriminalnya pun memasukan unsur humor yang sedikit membuat pembaca tersenyum. Saya ulas sedikit tentang novel ini, lebih banyak ke apa yang saya rasakan ketika membaca novel ini.



Novel ini menggambarkan seorang anak yang pintar, yang kepintarannya bukan karena otaknya cerdas, melainkan usahanya yang sangat keras untuk belajar. Diceritakan seorang anak bernama Aini yang diterima di Fakultas Kedokteran di perguruan tinggi terbaik di daerahnya namun terkendala biaya yang sangat mahal, dia dan ibunya memutar otak agar bisa menemuhi biaya masuknya. Setelah berusaha pinjam sana-sini tidak membuahkan hasil, Ibunya, Dinah, bersama sembilan temannya (ini bagian tersulitnya dari novel ini, banyak sekali nama yang harus diingat hehe) akhirnya melakukan aksi konyol, yaitu merampok bank. Mulai dari perencanaan hingga aksinya membuat saya senyum-senyum sendiri. Ini bagian menariknya. kepolosan mereka dalam merencanakan perampokan hingga aksi perampokan yang konyol menjadi hiburan tersendiri bagi pembaca. Asli, konyol sekali aksi perampokanya, kekonyolan rasa lokal. Hingga ada alur yang tak terduga yang sebaiknya pembaca langsung membaca novelnya saja hehe, soalnya ini bagian serunya.

Alur celita diselingi dengan kisah persahabatan ke-10 orang tersebut sejak merekan duduk di sekolah dasar. Mereka memang terkenal sebagai murid-murid yang bodoh dan selalu duduk di bangku paling belakang. Juga diceritakan pula kisa mereka menghadapu geng perundung yang selalu merundung mereka bersepuluh itu.

“Dunia ini rusak gara-gara banyak bawahan yang suka melapor pada atasan asal atasan senang saja, Sersan! Bawahan macam itu adalah para penjilat! Kalau melaporkan apapun pada saya, apa adanya, Sersan! Jangan dikurang-kurangi, jangan ditambah-tambahi!"  Inspektur Abdul Rojali - Orang-orang Biasa

Seorang inspektur polisi bersama anak buahnya yang "nganggur" karena tidak ada kasus kriminal di daerah tugasnya tiba-tiba mendengan kejadian tersebut langsung beraksi.  Obrolan Insperktur dan sersan nya ditulis dengan gaya yang sangat konyol dan menghibur. 

"Ngomong-ngomong, waktu kutelpon tadi kau sedang apa, Sersan?"
"Siap, sedang melamun, Kumendan!"
"Lanjutkan, Sersan!"
"SIap, lanjutkan, Kumendan!'

Akhirnya setelah lama kota mereka tidak terdengar kasus kriminal, mereka harus menyelediki kasus perampokan. Namun Inspektur menemukan hal yang mengejutkan  ketika mempelajari kasus perampokan ini. Ternyata para perampok tersebut tak sekonyol aksinya dalam perencanaan dan dalam aksinya di bank. Mereka menyusunya dengan cerdas. Ada juga plot twist dalam novel ini melibatkan geng teman sekolahnya dulu yang sering merundung Dinah dan sembilan kawannya tersebut yang gak tak terduga. Diakhir cerita banyak sekali alur yang tak terduga namun terlalu cepat dan kurang di gambarkan dengan baik, seperti bagaimana perencanaan mereka dalam merampok, yang diceritakan namun kurang detail.

Novel ini cukup menghibur. Diselingi dengan homor yang kadang buat tersenyum, kadang buat tertawa. Bukan Andrea Hirata kalau tidak mengekspresikan kritik sosial khususnya tentang pendidikan yang masih berpihak pada orang yang berada. Novel ini juga menggambarkan seorang polisi yang amanah memiliki integritas yang tinggi walaupun hidup pas-pasan. Bagi orang yang sulit menghafal nama-nama tokoh dalam novel ini seperti saya mungkin agak kesulitan karena harus bolak-balik kertas untuk mengingatnya, tapi itulah seni membaca, tidak masalah. Novel ini juga menceritakan tentang kesetiakawanan dan loyalitas tehadap teman dalam suka maupun duka.

0 komentar:

Post a Comment