Friday 6 November 2015

, , , , , ,

RESENSI NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA

"Segala hal dalam hidup ini terjadi tiga kali. Pertama lahir, kedua hidup, ketiga mati. Pertama lapar, kedua kenyang ketiga mati, Pertama jahat, kedua baik, ketiga mati. Pertama benci, kedua cinta, ketiga mati. Jangan lupa mati, boi!" -insyafi (ayah sabari) novel ayah-




Satu lagi karya penulis yang sudah tidak asing lagi, Andera Hirata. Dalam novel ini penulis menceritakan kisah nyata seseorang yang masih berlatar tempat di Belitong, Sabari namanya. Pemuda yang mencintai seorang wanita yang cantik bernama marlena namun semakin dikejar cintanya, semakin jauh pula cintanya. Berawal dari memberikan contekan jawaban ketika ujian masuk SMA inilah ia mulai tertarik dengan sang wanita cantik tersebut. Hingga bertahun-tahun lamanya berjuang dengan berbagai macam cara, namun tak kunjung ia mendapatkan cintanya.

 Perjuangan sabari ini menjadi sangat menarik dan penuh inspirasi, perjuangan yang tak henti-henti dan tak kenal lelah membuat orang yang membacanya terkagum-kagum. Semangatnya patut menjadi teladan bagi pembaca. 

Hingga akhirnya mendapatkannya namun bukan karena marlena mencintainnya, karena untuk menolongnya menjadi ayah dari anak dari laki-laki lain yang menghamilinya. Sabari rela menjadi ayah dari anak yang bukan anak kandungnya dan ia sangat menyayangi anak tersebut lebeh dari anak kandungnya sendiri.

Sampai suatu hari ia harus terpisahkan oleh anaknya tiri karena bercerai dan sang ibu membawanya pergi, sabari kecewa dan sangat sedih sampai-sampai ia seperti layaknya orang tidak waras. Namun tiga sahabatnya Tamat, Ukun dan Toharun yang tidak tega melihat sahabatnya seperti itu, mulai mengambil tindakan untuk membantu mencarikan anaknya zorro. Kesetiakawanan ketiga sahabatnya tersebut bisa menjadi contoh para pembaca dan patut diacungi jempol.

Penulis menyelipkan sejumlah puisi yang indah di novel ini melalui peran sang tokoh utama yang pandai berpuisi. Awalnya pembaca dibuat bingung dengan urutan novel yang berlatar waktu maju-mundur dan nama ganda sang tokoh, seperti membuat teka-teki, namun diakhir pembaca langsung tahu apa yang dimaksud. Di novel ini juga sarat akan pesan moral yang seperti perjuangan, kesetiakawanan, dan latar sosial masyarakat belitong zaman dahulu. Sangat menginspirasi.

0 komentar:

Post a Comment